Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Pergantian

Gambar
• ainurzq • Apa makna dibalik pergantian tahun? Meskipun hujan, tak ada kata bertahan. Dedaunan melambai tanda manusia telah abai. Rerumputan terinjak oleh kaki-kaki orang berotak. ** Apa makna dibalik pergantian tahun? Keluarga dirumah mungkin resah. Waktu berkumpul menjadi harapan yang tumpul. Pada kerinduan yang enggan membeberkan alasan. ** Apa makna dibalik pergantian tahun? Jika hanya untuk berpesta, setiap hari pun bisa. Jika hanya untuk kencan, setiap malam pun dapat dilaksanakan. Jika hanya untuk mabuk, pelayan toko anggur pun selalu sibuk. ** Apa makna dibalik pergantian tahun? Tepat saatnya, harapan hanya diutarakan semata. Saat berlalu masa, tak ada pertanggungjawaban dari tuntutannya. Pada pergantian tahun berikutnya, harapan itu masih sama saja ** Maknanya apa? Coba mengunjungi pada hati yang sepi Apakah disana ada nafas yang tak tahu diri? Apakah ada cinta yang menjadi topeng cela? Semoga saja tahun baru bukan ajang euforia belaka. Semoga ...

Puisi sejenis bucin

Malam semakin larut saja, kekasih. Aku terperangkap pada ruang dan waktu yang enggan membantu Ketika kau telah lelap, gejolak di hati semakin mantap Gejolak karena apa? ini yang mungkin aku tak tahu Fatamorgana yang fana adalah rinduku yang terlelap. . Malam mendekati sepertiganya, kekasih. Aku tak dapat menyatukan kepingan hati menjadi puisi Dingin malam ini menjadi embun yang berair di pelupuk mata Irama katak selepas hujan saling berlomba mencaci Sang perindu yang tak sempat memohon maaf kian merana . Tahun ini hampir berlalu, kekasih. Berapa kali mata kita saling bertatap? Berapa kali doa telah kita titip? Bilamana memang tak menetap Barangkali masih ada sepucuk doa yang telah dikutip . Awal tahun hampir tiba, kekasih. Apa yang akan terjadi, terjadilah. Apa yang akan hadir, hadirlah. Apa itu temu, masih saja semu. Apa itu rindu, masih saja candu Yogyakarta, 26.12.19

Sejarah Masa Depan

Banyak orang pintar dalam sejarah Ia mengajarkan hanya dalam bentuk cerita Sungguh hampa rasanya mendengar cerita jika tak ada kata darah Tanpa ada pembawaan rasa, makna sejarah tak ubahnya hanya sebatas kata Sebagaimana Utsman bin Affan dibunuh Serupa air yang semakin keruh Peradaban kini nampak tak mengenang itu Manusia-manusia layaknya bambu Terbawa angin dan mengalir kesana kemari Kini pemimpin dituntut sempurna dan paripurna Seorang religius yang dekat nabi bahkan terbunuh sia-sia Bagiku, itulah sejarah yang terulang di masa modern manusia Aku meneropong maju lebih jauh Melihat gerombolan mahasiswa bersatu dan utuh Melihat pemimpin revolusioner mereka mulai gaduh Digulingkan, lalu mereka merasa sudah berteduh Tahun 98 itu terjadi dengan pola yang sama Hanya nampak wajah yang berbeda Setelah merasa merdeka Masa depan dari ketiadaan itu terlupa Mungkin, begitu seterusnya bagi mahasiswa yang gemar akan euforia Karl Marx pernah mengatakan jika agama adalah candu...

Nestapa di Penghujung Tahun ; Menghujat yes, Tabayyun no

Akhir-akhir ini rakyat Indonesia memang sangat sensitif. Entah itu rakyatnya terlalu peka terhadap realita atau memang terlalu gegabah dalam mengklaim sesuatu. Setiap ada hal-hal atau perkataan seorang tokoh yang berpengaruh, selalu saja menjadikan suatu pro-kontra. Tak jarang dari dampaknya menjadikan sebuah pertikaian di sosial media. Memasuki era Post truth , segala informasi semakin mudah untuk dicerna, bahkan langsung saja ditelan mentah-mentah tanpa dimasak terlebih dahulu. Akibatnya rakyat sebagai konsumen media semakin mudah tersulut emosi. Salah media ataukah permainan politik, pada dasarnya pola pemikiran kita sebagai rakyat lah yang harus direvolusi. Salah satu hasil media yang sedang hangat kini adalah tausiyah salah satu tokoh Nahdlatul ‘Ulama yakni Kyai Ahmad Muwafiq atau yang kerap disapa Gus Muwafiq. Dalam salah satu tausiyahnya, beliau dianggap menghina Nabi Muhammad SAW. Melihat video yang dipotong beredar secara bebas di media sosial menjadikan banyak sekali netz...

Orang-Orang Ghurur di Persimpangan Kampus

Dunia perkuliahan memang penuh drama. Dimana sebuah drama absolut yang disutradai langsung oleh sang pencipta kehidupan dan kita adalah pemerannya. Begitu pun dalam perkuliahan, beragam mahasiswa dengan segala karakteristiknya bisa kita temui di setiap kampus. Ada yang cerdas beretorika, organisatoris, akademis, ahli dalam bidang agama, tekun beribadah dan masih banyak lagi macamnya. Mereka menjalani kehidupan dengan peran yang sudah ditentukan oleh sang kuasa. Tetapi hal itu yang menjadikan mereka semakin tertipu daya oleh peran yang sejatinya mulia jika direalisasikan dan memberikan kemaslahatan untuk orang lain. Tipu daya atau dalam bahasa kitabnya Ghurur adalah suatu penyakit hati yang menimpa banyak orang di dunia. Penyakit ghurur ini sangat membahayakan sekali sebab kebanyakan orang yang menderitanya tidak merasa bahwa mereka terserang penyakit ghurur ini, kita tidak membicarakan ghururnya orang-orang kafir terhadap diri mereka atau kehidupan dunia ini, tetapi kita membicarak...

Mahasiswa Kupu-Kupu juga Aset Bangsa

Gambar
oleh : Ainurzq Bagi mahasiswa pasti sudah tak asing lagi dengan istilah kupu-kupu dan kura-kura bukan? Apalagi saat awal kali kita masuk kuliah lalu mengikuti kegiatan ospek. Pasti senior selalu menegaskan jangan menjadi mahasiswa kupu-kupu. Mau jadi apa bangsa ini kalo kalian jadi mahasiswa kupu-kupu? Pasti sudah tergambar dengan jelas jika mahasiswa kupu-kupu orangnya nampak cupu, kuper, dan nggak ideal sama sekali. Sedangkan mahasiswa kura-kura sudah pasti keren, jago ber-retorika serta cerdas dalam mengatur waktu. Seringkali anggapan terhadap mahasiswa kupu-kupu pastilah seorang yang apatis. Perlu kita ketahui, bahwasanya sikap apatis itu bukan datang begitu saja seperti mendapatkan wahyu. Apatis pasti memiliki penyebab. Entah itu datangnya dari lingkungannya maupun dari tekanan emosional. Menurut para ahli, berikut penyebab seseorang menjadi apatis. Pertama, tidak percaya lagi pada orang lain; hal tersebut terjadi disebabkan seseorang itu terlalu sering dikecewakan se...

Tempat Ibadah itu Bernama Kedai (cerpen)

Menjadi mahasiswa baru memang terasa berat bagi Rendi dan Ojon. Segala hayalan tentang masa mahasiswa pasti sudah terbayang seakurat mungkin. Harapan-harapan kedepan, dimana mereka menaruh harapan pada sebuah eksistensi dari kekuasaan dan nama yang melambung jelas sudah terpikirkan sejak bangku SMA. Karena mereka berdua dulunya seorang aktivis kantin garda terpojok. Dari sanalah perbincangan hangat dari dua pemikiran yang saling bersetubuh dilontarkan dibalik kepulan asap rokok. Setelah memasuki bangku perkuliahan. Perbedaan jurusan serta kampus tak memisahkan persetubuhan kedua pemikiran mereka. Dalam satu kota, mereka masih sering menyempatkan waktu untuk sekedar melepas hasrat pikiran seperti sperma dalam kantung penis yang ingin segera dikeluarkan jika birahi sudah memuncak. Malam ini seperti biasa, mereka seharusnya ngopi bareng di kedai kopi langganannya. Tapi ada yang beda pada malam ini. Rendi tak bisa turut serta dalam peribadatan sakral mereka berdua di kedai kopi. Ojon m...

Negeri Kata

Gambar
Dengan kata-kata, semua bisa menjadi ada Dengan kata-kata, yang ada menjadi tiada Pemimpin jadi dengan kata-kata Oposisi jadi kabinet di isi dengan kata-kata. Rakyat mengadu dengan kata-kata Rakyat tercerai-berai karena kata-kata.  Kata-kata oh kata-kata...  Pancasila ada dalam kata-kata. Namun, Kata-katanya tak mengandung pancasila. Bhineka tunggal ika disebut dengan tiga kata. Namun, Tiga kata tak kunjung menyatu karena ulah kata-kata. Tuhan disebut dalam satu kata. Satu kata tak sanggup menyatukan lontaran kata. Lontaran kata dari mulut-mulut warga Mulut-mulut warga yang tersulut oleh kata-kata. Jangan-jangan kata-kata adalah Tuhan. Atau jelmaan iblis dan setan. Kitab suci pun kini hanya sebatas kata-kata. Perilakunya ingkar dan laknat pembawa murka. Dengan mengingat Widji Tukul, Istirahatlah kata-kata!  Yogyakarta, 12 November 2019

Melihat Negeri, Menyebut Puisi

Gambar
~Ainurzq~ Aku melihatmu Dengan rimbunan pepohonan dan dedaunan Berhamburan karena angin yang menari selinggukan Dibelah arus air yang beranjak mencari sela lautan Kusebutlah engkau, Nusantara. Aku melihatmu Dengan padi yang terhampar luas berundak Hijau mewarnai kealamian dengan berkotak-kotak Rimba itu menjadi rumah tanpa sesak Kusebutlah engkau, Nusantara. Aku melihatmu Dari tanahmu yang dijemput menjadi emas Sandang serta pangan rakyatmu bisa di dapat dari ampas Tanpa ada satu pun yang dapat ditebas Kusebutlah engkau, Nusantara Aku melihatmu Di lingkup pendidikan terlihat mereka berseragam Dari kisahmu kudapati ragamu yang beragam Meski terkadang itu hanya kisah kelam Tetap saja.. Kusebutlah engkau, Nusantara Aku melihatmu Tersenyum penuh tawa Saat tubuhmu dirawat serta dijaga Semesta seisinya turut berdoa Aku bangga, dan. Kusebutlah engkau, Nusantara Aku melihatmu Menjerit diperkosa Diguyur hujan para pendosa Karena tubuhmu dinik...

Jika itu Hati, Maafkan Aku yang Hanya Puisi

Gambar
Aku adalah puisi yang tak mampu menusuk hati. Dalam dirimu yang sangat berarti. Pada siang yang merindu sinar matahari. Tanpa tau adakah kerinduan darimu yang muncul pada notifikasi. Aku adalah puisi yang tak mampu menusuk hati. Dari ujung sudut jeruji sunyi. Meratapi dosa bagai pejabat yang korupsi. Tersenyum tanpa ada arti. Dengan segala kegelisahan yang menyelubungi. Aku adalah puisi yang tak mampu menusuk hati. Yang setiap harinya berjalan menyusuri tapak tanpa tepi. Berenang pada air mata yang membasi. Menyayat ruh yang bernama janji. Entah kemana kini harus pergi. Aku adalah puisi yang tak mampu menusuk hati. Dimana tak ada seorang pun yang mampu memahami. Tuhan Sang Maha Tunggal larut kedalam ilusi. Fana mimpi telah terjadi. Purna nyata tak akan kembali.  Untuk terakhir kalinya, kukatakan bahwa aku adalah puisi yang tak mampu menusuk hati. Memang puisi itu tak ada yang menusuk hati. Tapi segala kisah itu kini sudah kembali. Pada ratap kesedihan yan...

Pasrahku, Tuhan.

Dengan pasrahku padamu, Tuhan. Kuawali bait ini dengan segala kasih- Mu dan cinta-Mu pada segala kisah, Wahai Tuhan yang Maha Pemurah. Dalam perjalanan yang tak tahu arah, Aku bermunajat diatas sajadah, sembari menghaturkan segala resah atas segala kelam yang menjadi kisah tanpa buah. Aku dengan tabah, menanti dia yang namanya tak pernah lupa dalam kiriman alfatihah. Wahai Tuhan yang Maha Mendengar. Dalam kerinduan yang terus berkoar, Aku menanti hangatnya kelakar dari secuil kabar, meskipun hanya sekilas membalas story tapi disitu ada hati yang bergetar. Aku menyelami samudra cinta yang makin lama tak jelas kemana ia akan berputar, menuju dalam satu ruang lebar atau malah tersebar tanpa memoar. Wahai Tuhan yang Maha Membolak-balikkan Hati Dalam kenangan yang enggan menepi. Aku berpetualangan menelusuri relung hati, masih ada namamu yang terukir dengan rapi, tanpa tau apakah hanya coretan yang tak berarti, yang kutahu, nama itu bukan sekedar abjad tak berseri, ta...

Gentayangan

Ratap keresahan masih bertebaran Raut garang menjadi raut yang ketakutan seperti tak punya uang. M A H A S I S W A Diluar nampak gagah Di kelas nampak resah Ketika dosen datang dengan tegas menagih tugas Ketika itu pula mahasiswa terlihat gugup dan melas Jalanan mungkin telah menjadi tempat mereka berteriak Lantas, akankah nafas itu terus bergerak? Berjamaah pula para intelektual Lantas, masih sajakah kebenaran itu terbual? Terlampaui zaman yang tak berhenti berlari Pengulangan sejarah terus saja berganti Petaka pertama tiba tanpa api yang berkobar Petaka kedua menghampiri seperti petir yang menyambar Adakah yang ketiga? Keempat? Kelima? Kesekian kalinya??? Ada! Ketika masyarakat tak menyambut layaknya nabi Ketika keluarga tak bahagia atas kedatangannya setelah pergi Dan, Ketika kekasih menjauhi layaknya sampah dan kotoran sapi Yogya, 16 Oktober 2019

Ratap Bulan Baru

Bulan baru telah tiba tanpa salam Hujan berikan pertanda jika bulan lalu perlu diratapi Sebagai seutas kisah kelam Juga sebagai seruan perpisahan di tahun depan yang entah akan kembali Kucurahkan padamu, Tuhan. Hari pertama pada bulan ini disambut dengan keramatnya Jum'at Diawali dengan tangisan semesta yakni hujan Tersapu oleh curhatan di penghujung bulan. Izinkan Oktober pergi dengan penuh cerita Sambutlah November dengan segala doa Entah doa itu ditolak atau diterima Disela-sela dosa, kuhaturkan salam padanya Nologaten, 1 November 2019

Munajat Seorang Peronda (3)

Wahai pemilik kedua bola mata Mataku, mata mereka semua serta mata-mata yang syahdu terbuka Tiada kata yang mampu mewakili indahnya malam pengobat luka Luka yang terjerembab pada relung rindu Luka yang tak mampu terjahit oleh aksara penuh debu Luka itu, ya. Luka sejarah yang penuh duka. Sampaikanlah pada pemilik bola mata ini, wahai angin. Terangkanlah pada jurang kegelapan hati, wahai rembulan. Sinarilah pada acuhnya kekasih, wahai bintang. Peronda semesta senantiasa berdoa dan berduka Peronda semesta senantiasa berdosa dan bersuka Ada rindu pada mata ronda Jombang, 19 Okt 2019

Munajat Seorang Peronda (2)

Kupanjatkan senandung jalanan Pada Tuhan yang membangun megah selambu percintaan Kepada mata yang kelopaknya tak mengatup Kepada hembusan asap yang tertiup Tersusun rapi oleh ratapan doa sang pendosa Terbelit lupa dari ketiadaan alpa Terhasut kusut yang tak kenal rebut Esok hari atau lusa nanti Kini semua untaian kata bukan lagi puisi Kembali pada cangkir kopi kupasrahkan Pada tembakau kini kuceritakan Apakah kertas tahu ia harus berkorban? Apakah pena tau ia harus tergoreskan? Wahai pemilik mata mata yang terjaga Jangan buka sekat pada kopi yang tak bergula! Jln. Jogja-Jombang, 18 Okt 2019

Munajat Seorang Peronda

Demi Adam yang rindu belaian Hawa Aku mengesakan-Mu Yang Maha Kuasa Tak ada kantuk pada detik ini Ibadahku dengan iftitah puisi Hamba bertawassul pada secangkir kopi Serta lintingan tembakau dengan asapnya yang mengitari Berharap pada asap surgawi mencaci maki bidadari duniawi Tuhan… Maafkan hamba yang kali ini tak sanggup sendiri Selalu ada saja makhluk yang mengikuti Dilahirkan dari persetubuhan rindu dan mati Makhluk itu dikaruniai nama Sepi Tuhan… Ampuni hamba yang tak sanggup lagi meneruskan bait puisi Barangkali napas ini sudah mewakili goresan pena yang menjelma udara tanpa tepi Tuhan… Jika hamba tak diberikan umur panjang Ridailah hamba dengan meronda pada keheningan tanpa malam dan siang Berikanlah hamba intuisi dari tembakau dengan nyala apinya yang terang Serta asap putihnya menjadi washilahku temui para pejuang Yogyakarta, 17 Oktober 2019

Para Hamba Tuhan

Saat susah, kulihat mereka mengadu pada Tuhan Doa tak henti-hentinya dipanjatkan Begitu pula tenaga yang selalu dikerahkan Hingga otak lama-kelamaan dimatikan. Saat susah, kulihat mereka selalu taat beribadah Masjid, kuil, gereja dan tempat peribadatan sesak serta dan basah Pemuka agama dijadikannya tempat berkeluh kesah Pemimpin menjadi tempat menyuarakan segala resah. Tapi, Saat senang, mereka menjadi tuhan Mengadili tanpa belas kasihan Tak ada arti lagi kemanusiaan Hancur sudah segenap asa masa depan. Saat senang, mereka enggan memasuki ruang ibadah Pemuka agama didatanginya agar pangkat naik dengan mudah Dibuatnya pola agar rakyat gelisah Mereka pun bahagia diatas rakyat yang berdarah Yogyakarta,  8 Oktober 2019

Sajak darah tinggi

Memasuki liang malam Suram nan muram pula Oh kekasih Jarak dan waktu memang memisahkan Satuan rindu selalu tak berima Disana kah kau adinda? Entah dirimu hanya nyayian, getaran, bahkan sebagian dari hidupku Tapi itu semua omong kosong yang terus tabu Bila belum mampu kuberikan mahar di hadapan orang tuamu Bila kau meneteskan air mata Aku lah air yang kau teteskan tulus dari matamu Bila lisan tak mampu lagi berbicara Bila puisi tak mampu lagi menceritakannya Maka biarlah air mata yang berbicara Tak ada kejujuran mutlak yang bersuara jika bukan air mata Tak ada pula curahan hati yang mampu berdiri diatas bara kerinduan jika bukan bait puisi Dengan ini, ku tuliskan dengan hasrat penyair berdarah tinggi Yogyakarta, 09 September 2019

Resah tak Berdesah

Menyusuri jalanan kota Jogja Bercumbu dengan sebatang rokok surya Merokok yang katanya mematikan Ooooo...  Hahahahaha Suara cengingikan dua orang pelacur yang berjalan di depanku Sambil memegang rokok pula, Tuhan Allah dan yesus telah di kudeta oleh kapitalis yang mempropaganda anti rokok. Batang demi batang Aku dengan mata sayu bagai layunya kembang Lewati kesendirian dengan celoteh kemesraan para pekerja selangkangan... Langit? Waaaahhhhh...  Dia tengah lelap dalam pemerkosaan sang bintang. Vaginanya pun robek oleh sang awan Tak ada lagi kata siang.. Malam.. Dan hanya malam Kutemui diriku yang lebam Oleh kisah kasihmu di masa kelam Yogyakarta, 1 September 2019

Iblis, pemuda, Tuhan

Rayu rayu haru Tiba sunyi datang pilu Atas segala cumbu kenangan Seakan hadir dengan malaikat penyiksa insan Kekasih hadir, tuhan pergi melipir "Dasar pemuda tolol! " Iblis menghujat penuh laknat Kesempatan kala itu yang nikmat "Mengapa tak kau salurkan dengan syahwat! " "Perkosa saja kekasihmu" "Dia melebarkan selangkangan rela untukmu, tolol" Khayalan itu sepintas menerka Beri ilusi tanpa suara Kekasih kala itu, hanya rangkaian bait aksara Yang hilang dengan coretan pena Nampaknya tuhan lebih berpihak Iblis pun tertawa terbahak-bahak Antara vagina dunia yang semu Terbegal desir vagina surga yang akan ku temu Ruang 301, 11 September 2019

Milik Siapa

Sejak kecil kita diberi makanan yang namanya dusta "Indonesia tanah air beta" Sejak kita lahir dogma itu sudah dipaku Tanah air yang harus dibeli Bukan milik beta! Ternyata milik negara "Tanah tumpah darahku" Dinyanyikan setiap upacara bendera Tumpah darah ku, katanya Darah tumpah oleh pemilik negeri Hahahaha..... Siapa pemilik negeri? Mereka yang berdasi dan berpakaian rapi Gemar diskusi apalagi soal materi "Indonesia bersatu" Bersatu korupsinya? Bersatu mafianya? Rakyat berseteru dengan TNI Apakah pemerintah tak tunjuk gigi? TNI menjaga negara atau menunggu gaji? Begitu tega melawan rakyat bangsa ini sendiri Ini Indonesia Ini Nusantara Milik rakyat bersama Bukan milik penguasa dan pengusaha Samping Rel ambarukmo, 13/09/2019

Tangis

Menangis? Ibu yang letih itu bernama pertiwi Ditunggangi oleh komponen masyarakat, rakyat, serta wakil-wakilnya. Nama wakil kami bergelimpangan pada pamflet dipinggir jalan. Setelah foto kepalanya banyak yang menusuk, ia pun bersuka ria. Wakil rakyat! Suara rakyat didengarkan, rakyat diayomi, dan segala kenutuhan rakyat dicukupi, harusnya sih. Itu hanya ekspetasi! Cerita lama seperti dunia fantasi. Realitanya parah Banyak yang bertumpah darah Semakin resah dan gerah. Asap kematian dan bau ruh terbakar. Menebar pada selembar tisu Tisu tisu agraria Yang dibuang lalu ada lagi. Belum lagi halmahera Milik pribumi atau cina? Ketika mengambil sebongkah kayu Untuk memasak sepiring nasi Lalu dipidanakan Tuhan dilupakan Ikatan dengan yesus juga terputus Nasionalismenya yang over Na(z)ionalisme jadinya Fasisnya hidup Pemerintah berkuasa Lahan terbakar KPK mati! Bangkit dan bergentayanganlah!!! Yogyakarta, 19.09.19

Aksi Tuhan

Dengan menyebut nama tuhan… Aku bersaksi tiada kenikmatan selain selangkangan Tempat paling mulia yang dimaksud tuhan Serupa music di acara pemerintahan Berdansa dan menari di kubangan setan Ia mengaku diberi mandat oleh tuhan semesta alam Tuhan – tuhan itu berteriak ketika di lupakan Utusan tuhan sudah lupa mengenai tuntutan Ketika tidur pulas dengan selangkangan Suatu ketika, para tuhan rapat berkonsolidasi Interpretasikan utusannya yang sakit buta dan tuli Gejala lupa juga menikam utusan yang dulunya bertakwa Sebelum diangkat,utusan itu sangat santun dan dermawan, tak lupa janji manis terpanjat pada bir berbau doa Telah terlihat jiwa malaikatnya yang menyiksa kubur Tuhan yang mati itu tak berdosa, ditendangnya hingga tersungkur Tuhan yang menanam ganja Darussalam, dirusaknya hingga tak subur Tuhan yang menangkap tikus, dijatuhkannya secara terstruktur Tuhan – tuhan itu merasa resah Hingga lupa cara membuat lontenya mendesah Utusan tuhan kian hari m...

Waktu

Gambar
Dulu, Saat aku berada di fase yang rendah Segala huruf dapat kugubah menjadi sebuah puisi tanda resah. Kini, Saat aku berada di fase itu Dari huruf A sampai Z tak alangnya bagaikan sampah yang tak berguna untuk diperbaharu. Dulu kini,  Berbeda dengan segala ceritanya Tak ada yang bergerak pada porosnya Hanya bualan semata Yogya, 30 Oktober 2019

Pencipta Baru

Gambar
Aku adalah tuhan... Yang menciptakan dunia dari A sampai Z Yang menciptakan makhluk bernama tulisan Yang memberi nyawa pada setiap bait kata Aku adalah tuhan... Yang diciptakan oleh Tuhan dengan "T" besar Yang menjadi tuhan dengan "t" kecil Yang menjadi pengatur dari yang tak teratur Aku adalah tuhan... Telah kuciptakan semesta bernama "puisi" Telah kuangkat utusanku bernama "judul" Telah kurahmati hambaku bernama "huruf" Aku adalah tuhan... Yang berkuasa atas segala sajak Yang murka atas segala gejolak Yang menjelma menjadi syair puncak Dan, Aku adalah tuhan... Yang selalu dirahmati oleh Tuhan Yang menghamba pada Tuhan Yang sedang ber-Tuhan tuhan yang ber-Tuhan tuhan ciptaan Tuhan Yogyakarta, 28 Oktober 2019

Bukan puisi

Gambar
Aku tahu.. Cinta itu ada karena untaian doa yang tak terpandang. Cinta ada karena dua hati yang tak saling merenggang. Cinta ada karena Tuhan menciptakan insan dengan penuh kasih sayang. Aku tahu.. Dari cinta menjadikan ada mantra rahasia diatas sajadah. Diatas sajadah yang diam, ku haturkan rasaku dengan segala pasrah. Dari cinta, ku tahu arti resah. Tapi, Aku tak tahu... Cinta yang berubah menjadi luka. Mengapa bersatu jika cinta hanya lah kata-kata. Bahkan kebanyakan akan membawa duka. Aku tak tahu... Entah Tuhan cemburu melihat hambanya bercinta. Ataukah Tuhan sedang bermain dengan nafsu yang dimiliki insan dunia. Dari segala yang ku tahu, bertajuk ketidak tahuan yang menjadi derita. Dan kini.. Entah tahu atau tak tahu. Aku tak ingin kembali menjadi pilu. Yogyakarta, 30 Oktober 2019

Jum'at

Hari Jumat dengan panasnya yang menyengat Ada jutaan umat yang hendak bermunajat Entah mencari sebungkus nasi ataupun bersapa rindu pada sang illahi Entah hanya formalitas penanda agama atau mendapat intuisi Buah yang berjatuhan dari surga mungkin sedang terbata oleh munajat pendoa yang beterbangan Mereka tulus berdoa pada Tuhan tanpa menerima ketetapan yang telah diberikan Hamba yang selalu mengatur siklus kehidupan bahkan sang Tuhan. Mana ada hari suci selain hari jumat? Pada malam harinya sepasang kekasih melakukan ritual keramat Pada pagi harinya terbangun dengan hati yang tersekat Pada siang harinya pergi ke masjid untuk mencari Tuhan lalu bermunajat. Lantas, apa lagi yang di ingkari oleh hari jumat? Yogyakarta, 25 Oktober 2019

Puisi Sudah Mati

Gambar
Aku belum menemukan puisi pada derunya malam Hanya kisah dan dogma dari dia yang selalu bernuansa masa kelam Tak juga kurasakan ada prosa yang terlukis Entah mungkin dia yang terlalu puitis Aku terus mencari apa itu puisi Di dalam sujudku hanya tuhan yang terlihat menepi Tak ada bait yang sekiranya berlabuh pada untaian jiwa Ketika yesus dipuji, belum ada pula bait suci Siang yang terang pun tak menampakkan kasih sayang Kemana lagi puisi harus hidup tanpa ada campur tangan uang Kuhaturkan pada Tuhan... Apakah puisi masih bersembunyi di selangkangan? Ratap malam Resah siang Puisi.... Ada Abadi Tak kan mati Sleman, 26 Oktober 2019

Gerimis di Yogyakarta

Kala gerimis turun di malam hari Kota yang istimewa sedang mengajari hati Dari seorang insan yang sedang menjalari relung hati Gelora cinta kembali bertamu dalam tajuk sepi Gerimis turun dari langit ke tanah Seperti air yang turun dari mata sebab resah Yang dicinta lama kini telah tersekat Berganti menjadi dia yang semakin dekat ah..... mungkin inilah dunia yang tak luput dari ruang, jarak, dan waktu. Pada prosesnya, kucoba mencari jalan terbaik kutinggalkan yang disana dengan tulus kudekati yang disini dengan masa lalu berbalik agar kasih dan kisah berpadu dengan fokus gerimis reda hati hampa dan aku, JATUH CINTA! Yogyakarta, 28 Oktober 2019