Munajat Seorang Peronda

Demi Adam yang rindu belaian Hawa
Aku mengesakan-Mu Yang Maha Kuasa
Tak ada kantuk pada detik ini
Ibadahku dengan iftitah puisi
Hamba bertawassul pada secangkir kopi
Serta lintingan tembakau dengan asapnya yang mengitari
Berharap pada asap surgawi
mencaci maki bidadari duniawi
Tuhan…
Maafkan hamba yang kali ini tak sanggup sendiri
Selalu ada saja makhluk yang mengikuti
Dilahirkan dari persetubuhan rindu dan mati
Makhluk itu dikaruniai nama Sepi
Tuhan…
Ampuni hamba yang tak sanggup lagi meneruskan bait puisi
Barangkali napas ini sudah mewakili goresan pena yang menjelma udara tanpa tepi
Tuhan…
Jika hamba tak diberikan umur panjang
Ridailah hamba dengan meronda pada keheningan tanpa malam dan siang
Berikanlah hamba intuisi dari tembakau dengan nyala apinya yang terang
Serta asap putihnya menjadi washilahku temui para pejuang
Yogyakarta, 17 Oktober 2019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hermeneutika Kritis Jurgen Habermas

Sajak darah tinggi

Malam