Puisi sejenis bucin


Malam semakin larut saja, kekasih.
Aku terperangkap pada ruang dan waktu yang enggan membantu
Ketika kau telah lelap, gejolak di hati semakin mantap
Gejolak karena apa? ini yang mungkin aku tak tahu
Fatamorgana yang fana adalah rinduku yang terlelap.
.
Malam mendekati sepertiganya, kekasih.
Aku tak dapat menyatukan kepingan hati menjadi puisi
Dingin malam ini menjadi embun yang berair di pelupuk mata
Irama katak selepas hujan saling berlomba mencaci
Sang perindu yang tak sempat memohon maaf kian merana
.
Tahun ini hampir berlalu, kekasih.
Berapa kali mata kita saling bertatap?
Berapa kali doa telah kita titip?
Bilamana memang tak menetap
Barangkali masih ada sepucuk doa yang telah dikutip
.
Awal tahun hampir tiba, kekasih.
Apa yang akan terjadi, terjadilah.
Apa yang akan hadir, hadirlah.
Apa itu temu, masih saja semu.
Apa itu rindu, masih saja candu
Yogyakarta, 26.12.19

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hermeneutika Kritis Jurgen Habermas

Sajak darah tinggi

Malam