Sajak darah tinggi

Memasuki liang malam
Suram nan muram pula
Oh kekasih
Jarak dan waktu memang memisahkan
Satuan rindu selalu tak berima
Disana kah kau adinda?
Entah dirimu hanya nyayian, getaran, bahkan sebagian dari hidupku
Tapi itu semua omong kosong yang terus tabu
Bila belum mampu kuberikan mahar di hadapan orang tuamu
Bila kau meneteskan air mata
Aku lah air yang kau teteskan tulus dari matamu
Bila lisan tak mampu lagi berbicara
Bila puisi tak mampu lagi menceritakannya
Maka biarlah air mata yang berbicara
Tak ada kejujuran mutlak yang bersuara jika bukan air mata
Tak ada pula curahan hati yang mampu berdiri diatas bara kerinduan jika bukan bait puisi
Dengan ini, ku tuliskan dengan hasrat penyair berdarah tinggi

Yogyakarta, 09 September 2019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hermeneutika Kritis Jurgen Habermas

Malam