Melihat Negeri, Menyebut Puisi


~Ainurzq~

Aku melihatmu
Dengan rimbunan pepohonan dan dedaunan
Berhamburan karena angin yang menari selinggukan
Dibelah arus air yang beranjak mencari sela lautan
Kusebutlah engkau, Nusantara.

Aku melihatmu
Dengan padi yang terhampar luas berundak
Hijau mewarnai kealamian dengan berkotak-kotak
Rimba itu menjadi rumah tanpa sesak
Kusebutlah engkau, Nusantara.

Aku melihatmu
Dari tanahmu yang dijemput menjadi emas
Sandang serta pangan rakyatmu bisa di dapat dari ampas
Tanpa ada satu pun yang dapat ditebas
Kusebutlah engkau, Nusantara

Aku melihatmu
Di lingkup pendidikan terlihat mereka berseragam
Dari kisahmu kudapati ragamu yang beragam
Meski terkadang itu hanya kisah kelam
Tetap saja..
Kusebutlah engkau, Nusantara

Aku melihatmu
Tersenyum penuh tawa
Saat tubuhmu dirawat serta dijaga
Semesta seisinya turut berdoa
Aku bangga, dan.
Kusebutlah engkau, Nusantara

Aku melihatmu
Menjerit diperkosa
Diguyur hujan para pendosa
Karena tubuhmu dinikmati tanpa batas rasa
Kali ini, berat..
Tapi aku masih rindu. Dan.
Kusebutlah engkau, Nusantara

Aku melihatmu
Seperti jalang di persimpangan jalan
Ternoda oleh pemuja kekuasaan
Terhunus pedang keduniaan
Tersayat pisau budak kekayaan

Aku menangis.
Aku merintih. 

Melihatmu menangis dan teriris
Ternoda dan terperkosa
Terhujam dan semakin lebam.
Kusebutlah engkau, Nusantara.

Lekas sembuh dari segala petaruh
Lekas bangkit dari terjatuh.
Tersenyumlah kembali dalam keberagaman
Tertawalah kembali dengan penuh kekayaan
Agar aku melihatmu kembali
Lalu dengan tulus,
Kusebutlah engkau, Nusantara

Yogyakarta, 6 November 2019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hermeneutika Kritis Jurgen Habermas

Sajak darah tinggi

Malam