makna kehidupan
Kita seringkali dibingungkan oleh penulis puisi dengan puisi-puisi nya yang menggunakan beribu kiasan, metafora, ataupun ungkapan. Tak hanya isi puisinya, dari setiap kata pun juga sungguh membingungkan. Karena banyak kata-kata yang terlihat asing di telinga kita. Mungkin itu karena minimnya literatur kita. Dari situ kita memahami bahwasanya kekayaan bahasa itu tak dapat diragukan lagi. Serta kekayaan literatur atau banyaknya bahan bacaan serta penghayatan penulis puisi tersebut sehingga dapat menyusun kata demi kata, bait demi bait menjadi sebuah karya puisi yang indah.
Coba lihat saja salah satu sajak puisi dari WS. Rendra yang berjudul "Mazmur Mawar"
Kita muliakan Nama TuhanKita muliakan dengan segenap mawarKita muliakan Tuhan yang manis,indah, dan penuh kasih sayangTuhan adalah serdadu yang tertembakTuhan berjalan di sepanjang jalan beceksebagai orang miskin yang tua dan bijaksanadengan baju compang-campingmembelai kepala kanak-kanak yang lapar.Tuhan adalah Bapa yang sakit batukDengan pandangan arif dan bijakmembelai kepala para pelacurTuhan berada di gang-gang gelapBersama para pencuri, para perampokdan para pembunuhTuhan adalah teman sekamar para penjinahRaja dari segala rajaadalah cacing bagi bebek dan babiWajah Tuhan yang manis adalah meja pejudianyang berdebu dan dibantingi kartu-kartuDan sekarang saya lihatTuhan sebagai orang tua rentatidur melengkung di trotoarbatuk-batuk karena malam yang dingindan tangannya menekan perutnya yang laparTuhan telah terserang lapar, batuk, dan selesma,menangis di tepi jalan.Wahai, ia adalah teman kita yang akrab!Ia adalah teman kita semua: para musuh polisi,Para perampok, pembunuh, penjudi,pelacur, penganggur, dan peminta-mintaMarilah kita datang kepada-Nyakita tolong teman kita yang tua dan baik hati.
Dari puisi tersebut, kita sulit memahaminya dengan sekali membaca saja. bahkan dari judulnya pun sudah membuat kita berfikir secara radikal.
Nilai-nilai dalam puisi mayoritas tersirat maknanya. Puisi yang indah adalah puisi yang membuat pembaca berfikir lalu dapat menghujam ke dalam hati. Dengan kata lain dari otak turun ke hati lalu berjalan pada realisasi kehidupan nyata. Banyak penulis puisi legendaris seperti Joko Pinurbo, Sapardi Djoko Damono, WS Rendra, dll. tersebut menuliskan puisi-puisi fenomenal hingga sekarang. Karya mereka seakan abadi sebab mereka menuliskan dengan demokrasi hati. Dari hati, untuk hati, dan oleh hati.
Seperti itulah kiranya pula kita memaknai kehidupan. Gary zukav, seorang penulis asal negeri barat pernah mengatakan " bahwa kita semua menjalani kehidupan dalam sebuah dunia makna. Kehidupan dunia menjelma sekolah kehidupan, sebuah arena fisikal mengenai pengalaman personal dan kolektif kita. Kita semua adalah murid kehidupan, sementara pengalaman kita menjadi kurikulumnya ". Sebagaimana manusia yang dikaruniai akal fikiran dan hati nurani, pemaknaan memang sangatlah penting bagi keberlangsungan hidup manusia. Sesuatu yang tanpa makna pasti akan sia-sia.
Kehidupan juga melewati banyak inca-binca atau kerancuan. Sebab itulah yang dinamakan dualisme atau dalam Islam disebut dengan sunnatullah. Disaat kita mengalami fase rendah. Disitu kita diuji seberapa tangguh kita. Tetapi fakta yang terjadi pada dewasa kini, semakin berat diuji maka semakin membuktikan pula keangkuhan manusia. Semisal, seseorang yang kaya raya lalu tiba-tiba bangkrut, pelampiasan mereka ada yang dengan bunuh diri, minum minuman keras, menyerah dan pasrah tanpa usaha sedikitpun untuk bangkit. Hal itu merupakan suatu keangkuhan karena mereka sudah diberi sebuah energi positif berupa kesempatan hidup, pemikiran matang serta hati yang suci namun tidak serta merta digunakan sebaik mungkin untuk mendapatkan solusi bagaimana dirinya harus bangkit dari sebuah keterpurukan. Seperti dalam film Ayat-ayat Cinta 2, ada sebuah kata-kata yang memiliki makna sangat dalam yakni "Terkadang kita harus mundur kebelakang agar dapat melompat kedepan lebih jauh".
Disaat kita mendapat suatu kebahagiaan ataupun suatu nikmat. Terkadang manusia juga merasa lemah disana. Sebab, mereka terlena dengan kenikmatan atau kebahagiaan yang diberikan Tuhan hingga lupa bagaimana cara memaknai kebahagiaan tersebut agar kebahagiaan itu tak datang dengan sesaat. Banyak sekali saat kehidupan manusia dibawah, mereka memohon-mohon pada sang kuasa. Pada saat sudah diatas, mereka lupa. Bahkan, terkesan tak mengingat bagaimana perjuangan mereka saat menduduki fase di titik bawah.
Memang kehidupan itu sulit untuk ditebak dan dimaknai. Sama halnya seperti puisi. Pesan, hikmah, dan kebijaksanaan yang dapat dipetik selalu tersirat. Kita perlu berfikir dan merenung untuk dapat mengambil pesan moral dalam setiap peristiwa kehidupan. Dengan itu, maka libatkanlah Tuhan dalam setiap peristiwa kehidupan. Sama halnya puisi, libatkan selalu perasaan dalam setiap kata-katanya. Terutama perasaan penulis saat menyusun huruf demi huruf menjadi bait sehingga menjelma menjadi sebuah puisi bernyawa.
Oleh karena itu, sejatinya puisi adalah miniatur kehidupan. Apapun kategori puisinya, semua memerlukan perenungan agar kita dapat menemukan makna tersirat di dalamnya. Dalam kehidupan juga begitu halnya. Jika kita selalu merasa biasa-biasa saja berarti kita tak pernah merenungkan setiap skenario dari Tuhan. Sebab, Tuhan selalu menyelipkan makna yang tersirat pada setiap fase kehidupan manusia dan Tuhan maha pemberi metafora pada seluk beluk kehidupan.
Komentar
Posting Komentar