Berguru Pada Corona
Akhir-akhir ini masyarakat dunia khususnya di Indonesia merasakan keresahan, kekhawatiran, serta kepanikan yang mendalam. Bagaimana tidak, berdasarkan data terbaru Corona di Indonesia diumumkan oleh Achmad Yurianto, Juru Bicara Pemerintah terkait penanganan kasus Corona Covid-19, Rabu (18/3/2020) Bertempat di Gedung Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta Pusat, Yuri mengatakan, jumlah total pasien yang positif terjangkit Corona di Indonesia berjumlah 227 orang. Dari paparan data tersebut, sudah jelas menambah kekhawatiran masyarakat yang tanpa pandang bulu bisa menyerang siapa saja dan kapan pun.
Pada tulisan ini penulis tidak akan membahas perihal sebab-akibat virus corona dengan prespektif ilmiah, melainkan mencoba mengambil sudut pandang bahwasanya Tuhan tak pernah menciptakan apapun dengan sia-sia. Hal itu sejalan dengan firman Allah QS. Ali-Imran; 191 “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal”. Tak dapat dipungkiri, banyak dari masyarakat kita yang terlewat khawatir dalam menghadapi virus ini serta terlalu mempersiapkan segala keperluan dalam mencegah virus hingga lupa mencari hikmah yang dapat kita telaah dibalik semua ini.
Dampak yang sangat mempengaruhi dari virus ini dapat kita lihat dari banyaknya negara yang menerapkan sistem lockdown. Mulai dari Ka’bah yang sepi, Vatikan yang tertutup tak bebas untuk dikunjungi, masjid, gereja, pura, kuil, dan segala tempat peribadatan hening. Bahkan perkumpulan majelis ta’lim maupun organisasi membatalkan seluruh agenda guna memperlambat penyebaran virus tersebut.
Indonesia sendiri meskipun belum ada kebijakan lockdown dari Presiden Joko Widodo, masyarakat sudah banyak yang menanggapi perihal ini secara serius hingga lebih memilih mengurung diri di rumah masing-masing. Hal itu terbukti dengan jalanan, pusat perbelanjaan, dan tempat wisata di beberapa kota yang sangat sepi.
Keluar dari konteks tersebut, mari sejenak kita telaah lagi maqolah dari Imam Suyuthi dalam kitabnya Al-Hawi lil Fatawa "MAN 'ARAFA NAFSAHU FAQAD 'ARAFA RABBAHU" yang jika diartikan kedalam bahasa Indonesia kurang lebih seperti ini “Barangsiapa mengenal dirinya, maka mengenal Tuhannya”. Berdasarkan dampak dari lockdown dan ditutupnya tempat-tempat peribadatan, kita bisa memahami bahwasanya Tuhan tak dikenali di tempat-tempat peribadatan maupun di tempat sakral seperti Ka’bah, Vatikan, Tembok Yerussalem dan lain sebagainya.
Seorang budayawan sekaligus seniman kondang Sujiwo Tejo pun pernah mengatakan bahwasanya “Kita terlalu sering berkunjung pada kyai, pendeta, pastur tetapi kita lupa menunjungi diri kita sendiri”. Pada momentum merebaknya wabah Corona ini sepertinya saat yang tepat bagi kita untuk bermuhasabah diri. Menjauhi keramaian dan bersahabat dengan sepi, memahami makna terdalam pada jiwa manusia yang suci, serta memetik makna tersirat dari wabah yang menggemparkan hampir seluruh penduduk bumi.
Dalam puisi Said Muniruddin yang pada intinya mengatakan jika Corona mengajarkan bahwasanya Tuhan itu tak melulu berada pada keramaian, Tuhan tak melulu dapat kita temui pada ritual sakral, dan Tuhan tak melulu pada majelis ilmu. Tetapi corona mengajarkan bahwa Tuhan dapat kita temukan pada mulut yang terkunci rapat, pada kesendirian yang hanya berteman sepi, pada hakikat yang senyap, dan pada keheningan yang penuh makna.
Selain itu, Corona datang atas izin-Nya seolah-olah membawa pesan bahwa banyak kesakralan ritual agama yang bertopeng bisnis komoditi bagi pihak yang memanfaatkannya sudah tak berguna lagi. Corona datang untuk mengistirahatkan para pelaku serta umat manusia yang sering “huru-hara” atas nama agama dan Tuhan. Disaat seperti ini Tuhan juga menunjukkan kepada kita bahwa derajat religius seseorang tak dapat dinilai dari seberapa istiqomah ia beribadah di masjid dan seberapa sering ia mengikuti majelis ilmu. Derajat atau tingkatan religious seseorang hanya dapat dinilai oleh Allah SWT sebagai pemilik saham kehidupan ini.
Saat ini banyak para ahli sedang bersuaha untuk mencari vaksin penangkal virus Corona. Biarlah memang itu peran mereka yang sudah digariskan oleh Tuhan. Tetapi bagi kita sebagai manusia yang dianugerahi akal sudah menjadi tuntutan dan tuntunan untuk mengambil hikmah dari segala hal yang telah terjadi di kehidupan ini. Dengan adaya virus Corona kita harus bersyukur kepada Tuhan sebab jika bukan pada saat seperti ini, kapan lagi kita dapat berdamai dengan sepi sambil muhasabah diri. Intinya, khawatir boleh, gegabah jangan!
🙏🙏🙏
BalasHapus