Dari Tuhan Untuk Manusia
• Ainurzq •
Aku bertanya apa itu manusia?
Apakah aku sendiri adalah manusia yang dengan sendirinya mengaku bahwa aku memang manusia. Semesta telah indah sebelum ada kata " indah " yang diucap dari mulut-mulut makhluk bernama manusia. Manusia-manusia menciptakan nama. Nama yang dibuat untuk dirinya maupun segerombolan dari manusia-manusia. Nama-nama itu membuat alat ini dan itu yang berguna untuk anu. Dari ini dan itu menyebabkan anu yang sangat banyak. Anu-anu itu adalah kelompok dengan persetubuhan tujuan, visi, misi, dan pemikiran. Kelompok-kelompok itu membesar lalu saling menyatukan hubungan yang romantis. Hubungan-hubungan itu menghasilkan buah seteru yang cair, berdarah, dan berbentuk suara cacian. Buah-buah itu membusuk dan kembali lagi pada ketiadaan. Ketiadaan-ketiadaan tadi juga memancing untuk adanya ketiadaan yang terus menerobos liang senggama hubungan-hubungan. Senggama-senggama adalah pertarungan kejam dari manusia. Manusia-manusia hidupnya selalu menghadapi dua realitas yang bertentangan. Tentangan-tentangan yang menjadikan makhluk itu layak disebut manusia. Lalu, manusia-manusia itu menyebutnya; baik-buruk, salah-benar, siang-malam, terang-gelap, pria-wanita, dan banyak lagi yang membuat realitas menjadi dua untuk menjelaskan bahwa jika memahami maka akan layak disebut manusia. Sebuah kelayakan juga diberi predikat oleh manusia. Setiap manusia memiliki layak versi dirinya sendiri. Dari manusia, kembali pada manusia.
Tuhan..
Dengan sombongnya, kini manusia-manusia lupa dengan identitas bahwa tanah adalah asal muasalnya. Tanah-tanah adalah suatu makna luas terhadap keberadaannya. Sebelum adanya ke"ada"an, tentulah ada Engkau Tuhan yang meng"ada"kan ini dan itu hingga akhirnya dijadikan anu oleh ini dan itu ciptaan-Mu.
Betapa besar kasih sayang-Mu Tuhan. Kadang aku serta manusia-manusia tak sempat meminta tetapi sudah Engkau beri. Tanpa memahami apa yang sebenarnya terjadi, kami sudah kau bimbing dengan sinar yang terlihat oleh hati. Sebelum kami tahu apa itu patah hati, Engkau sudah beri kabar dengan kitab suci yang dibawa para nabi. Lantas, mengapa manusia-manusia masih saja merasa sok suci? Padahal sudah jelas dia bukan nabi. Bukan pula seorang pembawa petuah dari dalam kitab suci. Juga tak pernah di dapati dalam karya fiksi seperti avatar yang dapat mengendalikan unsur di bumi.
Apakah aku sendiri adalah manusia yang dengan sendirinya mengaku bahwa aku memang manusia. Semesta telah indah sebelum ada kata " indah " yang diucap dari mulut-mulut makhluk bernama manusia. Manusia-manusia menciptakan nama. Nama yang dibuat untuk dirinya maupun segerombolan dari manusia-manusia. Nama-nama itu membuat alat ini dan itu yang berguna untuk anu. Dari ini dan itu menyebabkan anu yang sangat banyak. Anu-anu itu adalah kelompok dengan persetubuhan tujuan, visi, misi, dan pemikiran. Kelompok-kelompok itu membesar lalu saling menyatukan hubungan yang romantis. Hubungan-hubungan itu menghasilkan buah seteru yang cair, berdarah, dan berbentuk suara cacian. Buah-buah itu membusuk dan kembali lagi pada ketiadaan. Ketiadaan-ketiadaan tadi juga memancing untuk adanya ketiadaan yang terus menerobos liang senggama hubungan-hubungan. Senggama-senggama adalah pertarungan kejam dari manusia. Manusia-manusia hidupnya selalu menghadapi dua realitas yang bertentangan. Tentangan-tentangan yang menjadikan makhluk itu layak disebut manusia. Lalu, manusia-manusia itu menyebutnya; baik-buruk, salah-benar, siang-malam, terang-gelap, pria-wanita, dan banyak lagi yang membuat realitas menjadi dua untuk menjelaskan bahwa jika memahami maka akan layak disebut manusia. Sebuah kelayakan juga diberi predikat oleh manusia. Setiap manusia memiliki layak versi dirinya sendiri. Dari manusia, kembali pada manusia.
Tuhan..
Dengan sombongnya, kini manusia-manusia lupa dengan identitas bahwa tanah adalah asal muasalnya. Tanah-tanah adalah suatu makna luas terhadap keberadaannya. Sebelum adanya ke"ada"an, tentulah ada Engkau Tuhan yang meng"ada"kan ini dan itu hingga akhirnya dijadikan anu oleh ini dan itu ciptaan-Mu.
Betapa besar kasih sayang-Mu Tuhan. Kadang aku serta manusia-manusia tak sempat meminta tetapi sudah Engkau beri. Tanpa memahami apa yang sebenarnya terjadi, kami sudah kau bimbing dengan sinar yang terlihat oleh hati. Sebelum kami tahu apa itu patah hati, Engkau sudah beri kabar dengan kitab suci yang dibawa para nabi. Lantas, mengapa manusia-manusia masih saja merasa sok suci? Padahal sudah jelas dia bukan nabi. Bukan pula seorang pembawa petuah dari dalam kitab suci. Juga tak pernah di dapati dalam karya fiksi seperti avatar yang dapat mengendalikan unsur di bumi.
Oh Tuhan....
Sebesar apakah Engkau? Memang tak dapat dipungkiri.
Manusia-manusia saja yang hanya memikirkan dirinya sendiri, mengaku bertuhan dan pada dasarnya Engkau tak merasa disembah oleh manusia-manusia. Semua karena manusia. Semua berawal dari manusia. Manusia-manusia yang seperti itu lebih baik kembali dari ketiadaanmu menjadi ke tiada. Tapi tanpa manusia-manusia itu apa guna pengemban amanah Illahi?
Sebesar apakah Engkau? Memang tak dapat dipungkiri.
Manusia-manusia saja yang hanya memikirkan dirinya sendiri, mengaku bertuhan dan pada dasarnya Engkau tak merasa disembah oleh manusia-manusia. Semua karena manusia. Semua berawal dari manusia. Manusia-manusia yang seperti itu lebih baik kembali dari ketiadaanmu menjadi ke tiada. Tapi tanpa manusia-manusia itu apa guna pengemban amanah Illahi?
Oh Tuhan...
Paripurna sudah tujuan Engkau ciptakan makhluk bernama manusia. Berkat manusia-manusia itu malaikat-malaikat dan iblis-iblis memiliki fungsi. Tapi apapun itu, segala ciptaan-MU selalu berfungsi dan memiliki keindahan tersendiri. Akhirnya tak ada yang terkhusus terhadap pertanyaan "apa itu manusia? ". Semua memang benar kembali kepada yang tiada. Dari yang tiada untuk menjadi ada. Sungguh Maha Agung dan Maha-Maha yang tak mampu ku ucapkan semua untuk-MU Tuhan.
Hanya satu kalimat dibawah ini kemampuanku untuk menerjemahkan bahasa manusia pada kebesaran-MU.
"Terima kasih Tuhan. Alhamdulillah"
Kediri, 8 Januari 2020
Komentar
Posting Komentar