5 Mei 2020: Ambyar yang paripurna dan pemberi warna

Sumber gambar: minews.id


Bertepatan 5 Mei 2020
Mentari yang belum genap diatas kita, sang legenda maestro campursari, the father of broken heart, atau yang dikenal Lord Didi Kempot telah menuju pada keabadian sejatinya. Deru haru menggulung hati para sobat ambyar se-antero Nusantara bahkan dunia. Beliau pulang menuju kehadirat Illahi dengan segala kenang dalam hati.

Banyak sekali sobat ambyar yang merasa ambyar dengan purna. Ya, tepat 5 Mei 2020. Berita itu telah menyelinap ke dalam relung hati yang tak terukur dalamnya. Berita itu pula yang menusuk hati seketika kita sedang dalam keterpurukan; Keterpurukan oleh sakit hati itu sendiri.  Media massa dengan massif memberitakan dan para tokoh tak lepas dari ucapan. Betapa besarnya peran Sang Legend terhadap dunia seni musik dan relung hati masyarakat Indonesia.

Didi kempot atau yang sering kita sebut Pak dhe; Lord; The father of broken heart sungguh banyak memberi kontribusi pada jiwa-jiwa rapuh terkhusus yang dirasakan oleh pemuda pada umumnya yang sedang dimabuk asmara.

Kutipan beliau yang paling mengena menurut saya adalah:
"Sing uwis yo uwis, loro ati oleh, ning tetep kerjo lho ya..
Sebab urip ora iso diragati karo tangismu"
(Yang sudah ya sudah. Sakit hati boleh, tapi tetep kerja lho ya. Sebab hidup tak dapat dimodali oleh tangismu)
Beliau mengajarkan pada kita bahwasanya hidup ini harus dihadapi meski hati sedang patah-patahnya. Bahkan jika ditelusuri lebih jauh lagi, kata-kata itu mirip ungkapan seorang filsuf ternama yakni Nietzsche yang berbunyi : Amorfati fatum brutum (Cintailah takdirmu meskipun itu kejam).

Begitulah hidup, pahit-manis mesti kita cicipi. Sakit hati pun perlu kita syukuri agar kita punya empati, punya perasaan, dan dari situlah kita faham bahwa kita masih manusia yang memiliki hati.
Lebih tepatnya, beliau telah mendedikasikan kita mengenai patah hati itu ada seninya. Lihat saja diluar sana banyak orang yang patah hati lalu seketika ia menjadi puitis, berkarya, dan sebagainya. Menjadikan patah hati memiliki arti. Dari sebuah kesakitan bisa menjadi pendapatan.

Selain itu, Pak dhe Didi Kempot juga memberi hikmah pada kita bahwasanya sobat ambyar dapat merasakan sakit hati sebelum mencintai, merasakan pilu sebelum menanggung rindu, dan merasakan ambyar sebelum hubungan sepasang kekasih menjadi bubar. Hal itu menjadikan kita semua agar tak mudah menyakiti seseorang. Karena sudah jelas sakit hati itu lebih menyiksa daripada sakit gigi. Belum lagi kenangan yang berdaulat pada seseorang penderita sakit hati akan selalu menggugat seseorang dikala sunyi menyapa dan wajahnya kembali terbang pada ingatan kita.

Fenomena sobat ambyar ini sungguh tak dapat kita sisihkan dari perjalanan hidup kita yang masih seperti puzzle ini. Dengan merebaknya sobat ambyar, kita dapat memahami betapa jiwa manusia pada hakikatnya sama. Sama-sama tak ada sekat antara yang kuat atau yang lemah secara tampilan. Semua sama lemah dihadapan hati yang patah. Lalu kemanakah kita bisa bergantung selain kepada yang memberikan kita fasilitas semesta ini? Jika kita mengambil hikmah mendalam pada fenomena sobat ambyar kini, kita bisa menarik benang merah antara ambyar dan kedekatan kita pada Tuhan yang Maha Kuasa.

Saat kita sedang rapuh, lalu Tuhan memperindah kehidupan dengan adanya pak dhe Didi Kempot untuk sarana kita menuangkan segala isi hati. Setelah itu, kita kembalikan semua pada Tuhan YME. Disini tak ada perbedaan antara pria atau wanita, kaya atau miskin, tak ada superior dan inferior. Dihadapan Patah hati, kita semua sama.

Dan dengan kembalinya Didi Kempot kepangkuan Illahi, semoga beliau tenang di alam sana, aamiin. Karyamu abadi.
Dan tepat 5 Mei 2020 ini, semua kalangan merasakan ke-ambyaran-nya. Semoga kelak ditetapkan menjadi hari ambyar nasional. Sebab dari sobat ambyar yang beliau dedikasikan banyak mewarnai keindahan hidup ini.

Sedikit puisi dari jiwa fana ini, pada sang maestro yang namanya abadi:

"Pada Hari Selasa"

Pada hari selasa
Sewu kutho telah bersaksi
Legenda telah abadi
Langgengkan namanya pada patah hati manusia

Pada hari selasa
Stasiun balapan mengharu-biru
Semua manusia diterkam rasa yang sama
Tak ada ambyar yang melebihi selasa

Pada hari selasa
Parangtritis riuh deru ombak menggulung karang
Jiwa maestro ternama terpahat di lubuk kasih sayang
Raga yang menua itu berpulang pada tiada

Terjanglah dunia meski patah berkali-kali
Kenang namanya juga karyanya

Kita hanyalah sama yang ambyar dengan rupa tak pasti


Yogyakarta, 5 Mei 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hermeneutika Kritis Jurgen Habermas

Sajak darah tinggi

Malam