Munajat dari Atas Kasur


Sayup terdengar suara desahan dibalik hujan
Dua selangkangan yang kontradiksi sedang beradu kecepatan
Yang terbaring pasrah, mendesah, dihujam gairah
Aktivis birahi para lelaki keji.
Lonte! Doa pasrah dibalik payudaramu yang kenyal
Terdengar lantang dibalik penis germo yang membual
Disela desahmu, munajatmu berjalan menyusun aksara;

Tuhan, vaginaku tak lagi setia
Bibir ranumku penuh dengan aksara 'uh' dan 'ah' belaka
Payudara ku tersusun dari jemari kotor pria
Rasanya pedih
Habis sudah peluh untuk merintih
Sperma para pria masuk di rahim yang terasa mendidih
Tak hanya hati dan harga diri
Vagina turut serta dahaga cinta suci
Dari segala pelangganku
Hanya Engkau, Tuhan tempat mengadu
Hanya Engkau, yang setiap saat menggunakan ku sebagai wayang
Kemudian membayarku dengan hembusan nafas
Yang memberiku segala nikmat
Tapi aku sudah menjadi jalang yang laknat
Masihkah ada pintu kamar yang sunyi dari birahi insan keji
Di dalamnya hanya ada desahan, kenikmatan sepihak, lalu uang bayaran untuk makanku esok hari
Tuhan, aku ingin masuk ke kamar bersama-Mu
Diatas ranjang, kita bercinta layaknya penganti baru
Aku mengangkat tangan, Engkau julur kan tangan
Hingga pada akhirnya, aku orgasme dalam keabadian-Mu

Yogyakarta, 10 Februari 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hermeneutika Kritis Jurgen Habermas

Sajak darah tinggi

Malam