Postingan

Hermeneutika Kritis Jurgen Habermas

 S emacam Filterisasi H oax t entang Pandemi Oleh Fajar Sidik Mahasiswa Aqidah dan Filsafat Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Selayang Pandang Jurgen Habermas Jurgen Habermas lahir di Gummersbach pada tanggal 18 Juni 1929 (Zuhri, 2004). Ia adalah filosof sekaligus sosiolog masyhur di Jerman. Sebetulnya penisbatan filosof dan sosiolog ini jauh dari derajat lengkap (cukup) untuk mewakili sosok sehebat Habermas, mengingat dirinya menguasai hampir segala bidang keilmuan sosial humaniora, semisal ilmu hukum, ilmu politik, sejarah, kajian budaya, sastra, dan lain sebagainya (Cusdiawan, 2020). Pergumulannya dengan dunia filsafat pertama kali ia dapatkan dibangku perkuliahan universitas Gottingen. Kemudian ia kembali menekuni filsafat di universitas Bonn (kota Zurichk) dan berhasil memperoleh gelar doktor bidang filsafar disana setelah ia tuntas menyusun dan mempertahankan disertasinya yang berjudul Das Absolute und die Geschiechte (yang absolut dan sejarah). Disertasi ...

Hermeneutika Gadamer: Fusion of Horizons

Menyoal “Radikal” yang Kini Negatif Oleh Fajar Sidik Mahasiswa Aqidah dan Filsafat Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Sekilas tentang Gadamer Namanya mulai melambung sejak karya monumentalnya “ Wahrheit and Methode: Grundzuge einer Philosophischen Hermeneutik ” terbit untuk pertama kalinya pada tahun 1960    (A.P. Kau, 2014). Luar biasanya, buku tersebut masih menjadi rujukan prioritas pengkaji hermeneutik sampai saat ini. Buku tersebut juga dianggap sebagai karya yang interpretatif dan produktif, sebab darinya lahir ratusan bahkan mungkin ribuan karya tulis baru. Saking populernya, karya tersebut juga menjadi momok bahasan disemua tempat dan menuai banyak kritik pada awal kemunculannya, oleh karena itu pada tahun 1965 Gadamer menerbitkan cetakan kedua buku tersebut dengan menambahkan pengantar khusus sebagai jawaban atas keberatan-keberatan berbagai pihak terhadap karya monumental kepunyaannya. Nama lengkapnya adalah Hans George Gadamer. Ia lahir di Breslau...

Negosiasi Ruang dan Waktu Antara Pembaca dan Penulis: Hermeneutika Schleiermacher

  Oleh: Moh. Ainu Rizqi “Kau adalah aku yang lain.”— kalimat itu seketika berkelindan di kepala saya saat berupaya memahami pemikiran dari Fredrich Ernts Daniel Schleiermacher. Seseorang yang dinobatkan sebagai “Bapak Hermeneutika Modern” ini dilahirkan dari keluarga yang sangat taat dalam beragama Protestan di Breslau, Silesia yang saat ini masuk dalam wilayah Polandia pada tanggal 21 November 1768. Schleiermacher ini memiliki bakat sebagai pengkhotbah, sehingga ia disekolahkan ke sebuah seminari di Barby/Elbe. Dari sana, ia berjabat tangan dengan kepustakaan ilmiah dan filosofis, yang antara lain ditulis oleh Goethe. Hal tersebut yang mengantarkannya untuk studi filsafat, teologi, dan filologi di Universitas Halle hingga membaca Immanuel Kant untuk pertama kalinya. Pada masa itu juga sedang ramai kalangan cendekiawan dan sastrawan romantik. Pengaruh Romantisme ini yang mendorong Schleiermacher pada kajian hermeneutik. Salah seorang filsuf yang bernama Friedrich Schlegel memilik...

Hermeneutika Radikal: Dekonstruksi Derrida dan Kepongahan Kita dalam Menghakimi Sesuatu

  Oleh: Moh. Ainu Rizqi Suatu hari selepas kuliah, saya pernah menanyakan kepada kawan-kawan saya, begini: “Derrida itu seperti apa, sih, pemikirannya?” Beberapa kawan saya mengatakan bahwa memahami Derrida itu mumet, njimet, tak pernah selesai. Tapi apakah benar demikian? Saya jadi meragukan ke- mumet-njlimet- an dan ketidakselesaian yang diucapkan kawan saya. Baiklah, mari saya ajak berkenalan dengan Derrida sesingkat-singkatnya dan sebisa-bisanya. Mengenal Derrida Seorang pemikir yang merayakan ulang tahunnya setiap tanggal 15 Juli ini dilahirkan di kota El-Biar dekat Aljir di Negara Aljazair yang saat itu masih membeku di bawah jajahan Prancis pada tahun 1930. Pemikir ini diberi nama Jacques Derrida  (Hardiman, 2015) . Di negara yang belum merdeka, Derrida dibesarkan oleh kondisi yang penuh gejolak dan tak lupa penuh kekerasan. Namun hal itu tak menjadi penghalang langkah Derrida kecil untuk menemui takdirnya sebagai seorang pemikir besar. Derrida kecil sudah berjab...

Ruwet! Jangan Dibaca!

Gambar
Mohon jangan dibaca. jika dibaca, tanggung sendiri resikonya! konten mengandung sumpah serapah dan sedikit "Cangkem elek" rehartanto.net Tak pernah kita sadari, mengapa kehidupan ini berjalan dengan sangat cepat, sekaligus berjalan sangat lambat. Ya, jika ditarik asal muasalnya, semua ini hanya hitam-putih, atas-bawah, benar-salah, dan selalu kontradiksi. Tapi, saya kurang sepakat dengan pernyataan semacam itu. Pernah mendengar ungkapan Albert Camus? “Haruskah saya bunuh diri, atau minum secangkir kopi?” Perlahan mulai saya resapi sudut-sudut kegelapan dari kalimat tersebut, ternyata hidup ini tak ubahnya hanya medan peperangan yang tak mengenal kata gencatan. Dapat dipastikan, jika terdapat gencatan dalam peperangan tersebut, maka ada ketidaktepatan dalam prosedural kehidupan ini. “Peperangan? Perang apa? Siapa yang berperang?” “Ayo... terus lanjutkan omong kosong ini! Teruslah mengutuk kehidupan ini dengan sumpah serapahmu! Jadilah pengecut! Hanya DPR dan pejabat yan...

Malam

Gambar
  Gambar diambil di Baciro, Yogyakarta, 23 Agustus 2020. Pukul 02.53 Beberapa tahun terakhir, rasanya kehidupan saya semakin absurd. Pola hidup ideal−malam beristirahat, siang beraktivitas−seperti malu, bahkan jijik untuk berdamai dengan saya. Dengan perkecualian: ada jadwal kuliah, ada kerjaan, ataupun ada janji terhadap seseorang yang harus ditunaikan pada saat siang hari. Selain itu, semua aktivitas, selagi bisa, saya kerjakan malam hari. Entah mengapa, saya seperti merasa phobia matahari. Seakan-akan malam adalah waktu paling ideal untuk beraktivitas, seperti; melamun, menulis, atau apapun itu yang tentunya selalu ditemani oleh cangkir-cangkir kopi yang usang. Belakangan ini, saya sedikit mengerti mengapa malam memang selalu istimewa dan nyaman. Selain mengandung kesunyi-senyapannya yang paripurna, ternyata malam adalah salah satu nama waktu yang dijadikan Tuhan sumpah dalam Al-Qur’an. Setelah membaca tulisan Gus Usman Arrumy dalam buku “Anjangsana,” saya semakin tercerahkan, ...

Petaka Angka 3 (Cerpen)

Gambar
sumber gambar: satisya.blogspot.com .................       “  Namaku Salsabila Putri Febriani, mas. La sampean siapa nama lengkapnya?             “Oh jadi Sasa itu nama panggilan kamu ya?  Namaku Maulana Darojat. Panggil aja Lana” Tuhan memang maha indah. Begitu kiranya maksud dari sebuah hadits Nabi ‘ Innallaha jamiil wa yuhibbul jamal’ Allah itu indah dan menyukai keindahan. *** Kehidupanku selama menjadi mahasiswa semester akhir di kota Jogja ini memang begitu-begitu saja. ' kuliah-kost-kuliah-kost' begitulah siklus kehidupanku selama ini. aku terkadang merasa bosan dengan kehidupan yang begitu-begitu saja. Hingga pada detik ini, aku mengikuti sebuah seminar. Seminar yang terbilang spektakuler tersebut mempertemukanku pada sebuah makna keindahan yang dimaksudkan oleh Tuhan. “Kamu kenapa tho kok ngelamun aja?”  Seketika aku tersadar saat Darso menepuk pundakku ditengah acara seminar yang kala itu seda...