Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2020

Cerpen: “ Pria Murung yang Tertimpa Kamus Kecil dengan Kenangan di Pulau Buru “

“Semua harap dirumah saja! Barangsiapa yang tetap nekat keluar, maka akan ditindaklanjuti oleh yang berwajib!” Mobil pick up dengan tulisan P.O.L.P.P sedang berkeliling kampung ditengah teriknya mentari. Corong toa berbunyi keras, tegas, lugas mengalahkan berita kematian yang diumumkan oleh takmir masjid. Ya, mulai hari ini positif sudah dia seorang pemuda lepas tak dapat lagi keluar untuk sekedar bersapa di warung kopi, berangkat ke kampus, mengelilingi kota mencari doi , atau beraktivitas diluar zona nyaman; kuliah. Kawan seatapnya yang semula ramai kini telah pulang kampung sejak beberapa hari yang lalu. Disana hanya tinggal bertiga yang sedang asyik-masyuk dengan sedikit kusuk-kusuk karena tak mampu menikmati udara luar. Kedua temannya juga cenderung pasif. Tak pernah mau mengajak bercengkrama jika tak dimulai oleh dia untuk bicara.   Tapi mereka bertiga terlihat harmonis dan romantis. Bahkan seperti pasangan kekasih yang sedang kasmaran tanpa kenal lika-liku yang tra...

“ Puasa Kami Tak Seindah Puisi Tuhan “

Bismillahirrohmanirrahim… Dengan menyebut nama Tuhan yang maha asah-asih-dan asuh Kami berpuisi untuk menghadapi puasa dengan harap segala berkah dibalik segala rintih dan keluh ** Tahun ini, adakah yang lebih berbahagia daripada semesta? Adakah yang lebih sunyi dari tempat peribadatan yang selalu suci? Adakah pula jiwa-jiwa keruh yang telah merangkak suci di pertapaan isolasi? ** Di jalanan masih nampak pak tua yang sedang melawan kubam lumpur bernama kehidupan Di perempatan masih nampak sinar redup bocah yang kehilangan arah mencari sejumput rupiah Di dapur belakang rumah masih banyak ibu yang rumpang tandas mengharap sekilo beras ** Di rumah-rumah bertingkat para konglomerat berusaha membagi harta agar manusia tak ada yang sekarat Di lembaga organisasi para aktivis mengocek dompetnya yang tipis agar tak ada kata sama miris Dan di hati beku masih ada sekelindan tamak yang enggan menyibak peduli terhadap hari yang penuh huru-hara ** Wahai Tuhan yang m...

"Sunyi yang Abadi"

Hari-hari yang kita lewati tampak temaram Entah itu siang atau malam. Sebagaimana biasanya, Kita bekerja, sekolah maupun kuliah dalam satu ruang sunyi Semua kemalasan kini sebuah pekerjaan yang beralasan Sebab, inilah alasan kita untuk mengulit kenangan Betapa beruntungnya kita semua yang pernah mengukir kenangan Melakukan kearifan dalam satu timbunan kemaslahatan Merayakan kesunyian dengan para perindu keberkahan, dan Menyelipkan cinta dengan para pembawa kebijaksanaan Ah.. semua itu hanya bayangan yang di putar oleh kaset bernama kenangan Celoteh dari segala kesunyian: Merindu tanah Njoso adalah keabadian Yogyakarta, 7 April 2020

Yang Lahir Dari Persetubuhan Doa dan Harapan

“Sinarkan cahaya pada redup di malam beku itu.”   Begitulah setiap orang yang bertambah jumlah usianya. Belasan bahkan puluhan tahun silam, ia berhasil menghadapi peperangan melawan saudara sesama sperma yang ingin memasuki sebuah ruang sunyi yang senyap dan penuh kasih; rahim ibu. Hari demi hari terlewati dengan harapan ia dapat menangis kelak di hadapan dunia.             Pada hari yang telah ditentukan oleh almanak Tuhan nan bersemayam disana, sebuah sejarah bermula ketika anak manusia terlahir dari rahim ibu dan memecahkan cemas pada raut bapak. Segala hari telah ia lewati. Segala tanggal hari ia berwujud pun telah dirayakan dengan sepenuh hati.                         Memasuki abad ke-21, tepatnya tahun 2020. Perayaan demi perayaan terlewati begitu saja. Namun, ada yang berbeda pada tahun 2020 ketika purnama memasuki sik...

Ketika Aman Menggugat Amin dengan Pasal Imun dan Iman

Apa kabar saudara-saudaraku yang mengais uang di jalanan? Apa kabar saudara-saudaraku pedagang kaki lima di trotoar? Apa kabar saudara-saudaraku yang beratapkan langit di persimpangan jalan? Apa kabar saudari-saudariku yang menawarkan selangkangan untuk keberlangsungan hidup di esok hari? Dan apa kabar saudara-saudariku seluruh penduduk bumi? Semoga segala duka dapat dilewati dengan tawa Semoga segala ratap dapat menjadi bahagia yang tetap Semoga segala resah dapat segera indah. Setelah ini kita tak tahu apa yang akan terjadi, semua menjadi sunyi, pertapaan akan semakin menjadi-jadi. Untuk saat ini, yang aku tahu hanya melihat manusia yang mulai lupa bahwa ia manusia. Manusia yang lupa bahwa ia berawal dari setetes sperma. Dan manusia yang lupa dengan kemanusiaan. Tapi, Tidak semua seperti itu, saudara. Mereka hanya sedang gegabah karena wabah yang membuat hati gundah dan gelisah. Selama matahari tak ingkar janji dengan sang timur, selama itu pula kemanusi...