Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2020

30 hari; Puasa dalam balutan Puisi

Menjadi manusia memanglah tak dapat melepas segala kerancuan dan topeng-topengnya. Selama satu bulan ini tak lain dan tak bukan hanya untaian kata-kata yang tertampung. Banyaknya kata-kata ini tak mampu jua menampung rindu yang berkelimdan kesana-sini serta kenangan jaman baheula yang menggores duka. Silahkan dinikmati: (1) Malam sungguh memberi deru Melalui angin dan desau sunyi Ia siarkan rindu yang hidup dari sebuah obituari Rindu yang tercekik oleh seorang manusia penuh durjana Ya, tepat beberapa tahun lalu Kita yang masih berumur jagung Menempati hari yang penuh huru dan hara Hanya dengan berpandangan sambil berharap nama kita tertulis pada surat undangan Tak habis-habisnya dirimu membius hati dengan senyum khas pribumi Tak habis-habisnya pula diriku mengharap rasa yang terbalas meski hanya kusanggupi melalui bait puisi Anganku terlalu jauh berkelindan dengan uban pertama di rambutmu esok yang kusaksikan dengan mata indraku Mimpiku terlalu lama merdeka dengan...

Surat Untuk lebaran Besok

Lebaran memanglah hari yang ditunggu-tunggu oleh umat Islam. Setelah bersama-sama berperang dengan menyembunyikan nafsu, bergulat dengan lapar dan dahaga, serta berjarak dengan keduniawian melalui pembacaan puisi terindah dari Tuhan yakni Al-Qur'anul Karim. Hari yang ditunggu-tunggu itu pun telah nampak di penghujung bulan Ramadhan ini. Genderang akbar akan bersahutan dengan gema takbir yang menggetarkan semesta seisinya akan segera di dengungkan bersamaan. Rasa merdeka akan segera kita raih. Tapi, adakah kita telah merdeka seutuhnya? Aku rasa tidak. Tahun ini memang fantastis, penuh misteri, dan sungguh memberi makna lain dari pada tahun-tahun sebelumnya. Adanya pandemi ini membuat sedikit orang merasa bosan, sambat , risau karena tak bisa kemana-mana untuk sekedar ngopi, bersilaturahmi pada keluarga dan kerabat, tak ada buka bersama, tak ada halal bi halal, bahkan di beberapa daerah termasuk di tempatku kini tak ada masjid yang dibuka untuk tarawih dan sholat Ied. Betap...

5 Mei 2020: Ambyar yang paripurna dan pemberi warna

Gambar
Sumber gambar: minews.id Bertepatan 5 Mei 2020 Mentari yang belum genap diatas kita, sang legenda maestro campursari, the father of broken heart, atau yang dikenal Lord Didi Kempot telah menuju pada keabadian sejatinya. Deru haru menggulung hati para sobat ambyar se-antero Nusantara bahkan dunia. Beliau pulang menuju kehadirat Illahi dengan segala kenang dalam hati. Banyak sekali sobat ambyar yang merasa ambyar dengan purna. Ya, tepat 5 Mei 2020. Berita itu telah menyelinap ke dalam relung hati yang tak terukur dalamnya. Berita itu pula yang menusuk hati seketika kita sedang dalam keterpurukan; Keterpurukan oleh sakit hati itu sendiri.  Media massa dengan massif memberitakan dan para tokoh tak lepas dari ucapan. Betapa besarnya peran Sang Legend terhadap dunia seni musik dan relung hati masyarakat Indonesia. Didi kempot atau yang sering kita sebut Pak dhe; Lord; The father of broken heart sungguh banyak memberi kontribusi pada jiwa-jiwa rapuh terkhusus yang dirasakan...

Cerpen: Tamu itu Seorang Penjahit

“Peringatan! bahwa kedaulatan kopi dan rokok anda kali ini sudah mencapai batas maksimal. Silahkan berhenti dari ngopi, puisi dan menanti! Saatnya berpuasa, beribadah, dan menghindari maksiat dengan perlawanan di atas kasur!“             Begitulah kiranya masa-masa akhir setelah sahur dan alarm isyak telah terdengar dari toa musholla yang tak jauh dari tempatku. Sejak beberapa waktu kemarin, aku sungguh merasa tak nyaman dengan kehadiran tamu yang sungguh menjengkelkan. Tak ada yang mempersilahkan, tak ada pula yang mengundang. Ia tiba seenak hati dengan penuh kecemasan. Kemana pun aku berjalan ia selalu turut serta menghampiri. Tak pernah izin, tak pernah pamit. “Ah sialan…” gumamku dalam hati.             Beberapa pekan lalu ada pula tamu serupa tapi kehadirannya membuatku merasa nyaman dan tenang. Bila kutaksir, tamu waktu itu mengandung unsur keindahan senja kala i...