30 hari; Puasa dalam balutan Puisi
Menjadi manusia memanglah tak dapat melepas segala kerancuan dan topeng-topengnya. Selama satu bulan ini tak lain dan tak bukan hanya untaian kata-kata yang tertampung. Banyaknya kata-kata ini tak mampu jua menampung rindu yang berkelimdan kesana-sini serta kenangan jaman baheula yang menggores duka. Silahkan dinikmati: (1) Malam sungguh memberi deru Melalui angin dan desau sunyi Ia siarkan rindu yang hidup dari sebuah obituari Rindu yang tercekik oleh seorang manusia penuh durjana Ya, tepat beberapa tahun lalu Kita yang masih berumur jagung Menempati hari yang penuh huru dan hara Hanya dengan berpandangan sambil berharap nama kita tertulis pada surat undangan Tak habis-habisnya dirimu membius hati dengan senyum khas pribumi Tak habis-habisnya pula diriku mengharap rasa yang terbalas meski hanya kusanggupi melalui bait puisi Anganku terlalu jauh berkelindan dengan uban pertama di rambutmu esok yang kusaksikan dengan mata indraku Mimpiku terlalu lama merdeka dengan...